Oleh Listariono
I. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dari kegiatan mengklasifikasi (mengelompokkan) walau dalam bentuk yang paling sederhana. Dalam sebuah toko buah misalnya akan kita lihat kelompok buah apel ditempatkan terpisah dengan kelompok buah salak, demikian juga dengan buah-buah yang lain dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Hal ini dimaksudkan agar pembeli bisa dengan mudah mengambilnya. Demikian pula bila kita masuk ke dalam toko buku, disana buku-buku telah ditata berdasarkan kelompok ilmunya. Ada kelompok ilmu sosial, kelompok ilmu matematika, kelompok buku pelajaran untuk SD, SMP, SMA dan setrusnya.
Klasifikasi (pengelompokan) ini diterapkan juga dalam suatu perpustakaan. Koleksi perpustakaan akan tampak rapi dan pemakai akan lebih cepat dan mudah mendapatkan buku yang dinginkan. Pengelompokan bisa saja berdasarkan pada bentuk, tinggi buku atau berdasarkan ciri yang lain, akan tetapi untuk perpustakaan pada umumnya pengelompokan bahan pustaka menggunakan sistem pengelompokan berdasarkan subyek atau pokok bahasannya. Dalam makalah ini penulis hanya menyajikan secara singkat tentang bagaimana mengklasir bahan pustaka dengan menggunakan sistem klasifikasi Dewey.
II. Klasifikasi
A. Pengertian
Pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang tertuang dalam bentuk bahan pustaka baik buku maupun non buku, merupakan tanggung jawab perpustakaan untuk mengatur dan mengelolanya . Perpustakaan bertugas untuk mengelola informasi sehingga sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Kegiatan mengelola/mengatur/mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan aturan tertentu disebut klasifikasi.
Klasifikasi berasal dari kata kelas. Adalah sekumpulan benda yang dipersatukan bersama karena karakteristik atau ciri yang dimiliki oleh benda tersebut.
Suatu bahan pustaka dapat memiliki beberapa cirri misalnya, kepengarangan, bentuk fisik, ukuran warna dll. Dalam hal demikian bahan pustaka dapat dikelompokkan pada setiap cirri tersebut. Pada perpustakaan modern pengklasifikasian bahan pustaka didasarkan pada subyek dari bahan pustaka. Sebab pemakai informasi lebih banyak mencari bahan pustaka melalui subyeknya.
B. Tujuan
Tujuan klasifikasi adalah pengumpulan benda-benda yang sama atau hampir sama dan dalam waktu yang sama pula dapat dipakai untuk memisahkan benda-benda yang berbeda. Dengan kata lain tujuan klasifikasi adalah untuk memudahkan pencarian suatu bahan pustaka pada tempat penyimpanan.
C. Sistem Klasifikasi
Ada beberapa macam sistem klasifikasi koleksi perpustakaan, antara lain:
1. Klasifikasi Artificial, yaitu sistem pengelompokkan koleksi berdasarkan ciri-ciri khusus misalnya, ukuran, warna dan data fisik lainnya.
2. Klasifikasi Fundamental, yaitu sistem pengelompokkan koleksi berdasarkan subyek. Dalam perkembangannya, sistem klasifikasi subyek ini yang lebih banyak digunakan oleh pustakawan menangani pekerjaan di perpustakan.
D Klasifikasi Persepuluhan Dewey (Dewey Decimal Classification/DDC)
Klasifikasi persepuluhan Dewey mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan yang dibuat dalam suatu susunan yang sistematis dan teratur. Pembagian ilmu pengetahuan dimulai dari koleksi utama yang masing-masing dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, menjadi suatu urutan yang logis dan biasanya dimulai dari yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus. Dengan demikian, klasifikasi DDC itu terdiri atas kelas utama, divisi, seksi, sub seksi dan unsure-unsur pokok yang dapat dirinci sebagai berikut :
Unsur-unsur Pokok dalam DDC
Sebagai sistem klasifikasi, DDC memiliki unsur-unsur pokok antara lain:
1 Sistematika
DDC menggunakan sistematika berupa bagan yang berisi ilmu pengetahuan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu
2. Notasi
Notasi merupakan lambang atau simbol berupa angka yang mewakili subyek tertentu. Setiap angka mempunyai arti dan maksud tertentu. Angka-angka itu disebut nomor klasifikasi yang menunjukkan struktur ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Notasi yang baik adalah notasi yang singkat, sederhana, dan mudah dikembangkan pada masa-masa mendatang sesuai dengan perkembang-an ilmu pengetahuan.
Contoh notasi yang menunjukkan struktur ilmu pengetahuan adalah:
Ilmu-ilmu Sosial
370 Pendidikan
371 Hal-hal umum tentang pendidikan
372 Pendidikan dasar
372.2 Sekolah dasar
Bahasa
410 Bahasa Indonesia
411 Fonologi bahasa Indonesia & sistem tulisan Fonologi bahasa Indonesia
411.52 Ejaan dan ucapan
3 Indeks Relatif
Indeks relatif menunjuk pada sejumlah tajuk yang disertai rincian aspek-aspeknya dan disusun alfabetis serta memberikan petunjuk yang biasanya berupa nomor kelas.
Contoh:
Hewan
Anatomi 591.4
Cerita tentang 800
Kedokteran 636.089
Menggambar 743.6
Pertunjukan 791.8
Meskipun sistem klasifikasi itu dilengkapi dengan indeks relatif, pengklasifikasian tidak boleh langsung memberikan nomor/notasi pada suatu koleksi dengan angka yang diperoleh melalui indeks relatif. Untuk menentukan nomor klaifikasi suatu koleksi dengan nomor tertentu, pengklasifikasi harus mengecek lebih dahulu pada bagan klasifikasi. Indeks itu dikatakan relatif karena mencatat aspek-aspek yang tersebar dalam berbagai bagan/nomor, lalu dikumpulkan menjadi satu dalam jajaran abjad. Disamping itu, dalam sistem DDC ada indeks spesifik, yakni indeks yang menunjukkan satu aspek atau satu tempat saja.
4 Tabel Pembantu
Tabel pembantu berupa notasi khusus yang digunakan untuk menyatakan aspek tertentu. Tabel-tabel pembantu itu terdiri dari:
1. Tabel Subdivisi Standar
2. Tabel Wilayah
3. Tabel Subdivisi Kesusasteraan
4. Tabel Subdivisi Bahasa
5. Tabel Bahasa-bahasa
6. Tabel Subdivisi Ras, Etnik dan Kebangsaan
7. Tabel Kelompok Orang
Tabel Subdivisi Standar
Tabel subdivisi standar (SS) dapat digunakan apabila diikuti dengan angka dari bagan klasifikasi. Dengan kata lain bahwa subdivisi standar tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi akan melekat pada notasi utama sedang tabel subdivisi sebagai bentuk penyajian. Susunannya sebagai berkut:
- 01 Filsafat dan teori
- 02 Bunga rampai
- 03 Kamus, ensiklopedi, konkordan
- 04 Umum, Khusus
- 05 Publikasi serial
- 06 Organisasi dan manajemen
- 07 Studi dan pengajaran
- 08 Kumpulan koleksi
- 09 Sejarah dan geografi
Contoh: Kamus Akuntansi
Notasi untuk Akuntansi (base number) - 657
Kamus (SS) - 03
Kamus Akuntansi: 657.03
Tabel Wilayah
- 1 Wilayah, daerah, tempat pada umumnya
- 2 Manusia (tanpa disebutkan wilayah)
- 3 Dunia purba
- 4 Eropa
- 5 Asia
- 6 Afrika
- 7 Amerika Utara
- 8 Amerika Selatan
- 9 Bagian lain
Asia
51 Cina
52 Jepang
53 Arab
54 Asia selatan
55 Iran
56 Timur Tengah
57 Siberia
58 Asia Tengah
59 Asia Tenggara
Asia Tenggara
591 Birma
592 –
593 Thailand
594 Laos
595 Malaysia
596 Kamboja
597 Vietnam
598 Indonesia
Indonesia
Sumatera 598.1
Jawa dan Madura 598.2
Jakarta 598.3
Kalimantan 598.4
NTB, Bali, NTT 598.5
Sulawesi 598.6
Maluku 598.7
Irian Jaya 598.8
Catatan: apabila ada subyek mengandung unsur wilayah, rumusnya adalah sebagai berikut: Base Number (BS) + 09 (Standar Subdivisi/SS) + Wilayah
Contoh:
1. Perkembangan Ilmu militer di Jepang
Ilmu militer 355
(SS) - 09
W (Jepang) - 52
Cara penulisan 355.095 2
2. Situasi politik Iran saat ini sangat kondusif
Politik 320
(SS) - 09
W (Iran) - 55
Cara penulisan 320.955
Tabel Subdivisi Kesusasteraan
Didalam klas 800 (sastra) dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut Subdivisi Standar Untuk Sastra, yaitu:
- 1 Puisi
- 2 Drama
- 3 Fiksi
- 4 Essai
- 5 Pidato
- 6 Surat-surat
- 7 Surat-surat
- 8 Aneka Karya
Contoh:
Sastra Belanda
Sastra Belanda 839.31
Fiksi - 3
Fiksi Belanda 839.313
Tabel Subdivisi Bahasa
Notasi berikut ini tidak digunakan secara tersendiri, tetapi digunakan bersama dengan angka dasar (Base Number) untuk masing-masing bahasa, seperti yang terdapat dibawah notasi 410-490. Notasinya adalah sbb:
-01 – 09 Subdivisi standar
-1 - -6 Bentuk standar bahasa
Misalnya, dalam tabel notasi -15 adalah fonologi, sedangkan notasi dasar bahasa Indonesia adalah 499.221 Jadi, notasi untuk fonologi bahasa Indonesia 499.221 5
Tabel Bahasa-bahasa
Ada beberapa subyek yang aspek bahasanya merupakan ciri yang membedakan dengan subyek lain yang serupa. Contoh yang paling jelas adalah karya-karya berupa terjemahan dari suatu kitab suci. Misalnya Alkitab dalam bahasa Indonesia atau English edition of the Qoran. Aspek bahasa itu dapat ditunjukkan dengan menambahkan notasi dari Tabel 6 dengan notasi / nomor kelas dari subyek yang bersangkutan.
Cara menggunakan tabel ini pada umumnya ditunjukkan dengan instruksi Add Language notation 3-9 from table 6 to base number ...
Tabel Subdivisi Ras, Etnik dan kebangsaan
Ada kalanya suatu subyek perlu dibagi lebih lanjut menurut aspek ras, kelompok etnis, atau kebangsaan tertentu. Sebagai sontoh subyek Cara Berpakaian di kalangan orang Jawa, akan lebih khusus jika notasi yang dihasilkan juga menunjukkan orang-orang Jawa.
Biasanya dalam menggunakan tabel ini ada instruksi khusus yang terdapat dalam bagan sebagai berikut:
Add Racial, Ethnic, National Group. Notation 01-00 from table 5 to base number [Tambahkan kelompok ras, ethnis, kebangsaan. Notasi 01-00 dari tabel 5 pada nomor dasar] ………
Tabel Kelompok Orang
Tabel ini dimaksudkan untuk memberi suatu subyek menurut kelompok orang-orang tertentu yang berkaitan dengan subyek tersebut, misalnya kelompok ahli hukum, ahli pendidikan, dan sebagainya.
Cara menggunakan tabel ini pada umumnya ditunjukkan dengan instruksi Add Persons notation 09-99 from Table 7 to base number ……….
Penambahan juga dapat dilakukan secara langsung yaitu terlebih dahulu menambahkan notasi –088 dari tabel 1.
5. Pembagian Subyek
Di dalam sistem DDC, subyek-subyek dibagi dari subyek besr (kelas utama) menjadi subyek kecil (divisi), lalu dibagi lagi menjadi lebih kecil (subdivisi), dan lebih rinci lagi (tabel lengkap).
Misalnya:
Kelas Utama
000 Karya umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu Pengetahuan murni
600 Ilmu pengetahuan terapan/teknologi
700 Seni, olahraga
800 Sastra
900 Sejarah, Geografi
Divisi
300 Ilmu sosial
310 Statistik umum
320 Ilmu politik
330 Ilmu ekonomi
340 Ilmu hukum
350 Administrasi negara
360 Layanan social
370 Pendidikan
380 Perdagangan
390 Adat istiadat
Subdivisi
370 Pendidikan
371 Hal-hal umum tentang pendidikan
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan lanjutan
374 Pendidikan orang dewasa
375 Kurikulum
376 Pendidikan Wanita
377 Sekolah dan agama
378 Pendidikan tinggi
379 Pendidikan dan negara
Seksi
371.1 Pengajaran dan pengajar
371.2 Administrasi pendidikan
371.3 Metode mengajar dan belajar
371.4 Bimbingan dan penyuluhan
371.5 Disiplin sekolah
371.6 Sarana fisik
371.7 Kesehatan dan keselamatan sekolah
371.8 Siswa
371.9 Pendidikan khusus
Beberapa Ketentuan Dalam DDC
Untuk memperlancar proses klasifikasi dengan menggunakan sistem DDC, perlu dipahami lebih dahulu prinsip-prinsip dasar klasifikasi:
1. Prinsip Desimal
Sistem DDC membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas utama, masing-masing kelas dibagi lagi menjadi 10 bagian (divisi), tiap-tiap divisi dibagi lagi 10 bagian menjadi seksi. Karena perincian ilmu pengetahuan berdasarkan kelipatan sepuluh, sistem DDC ini disebut dengan klasifikasi persepuluhan Dewey.
2 Prinsip Umum ke Khusus
Sistem DDC membagi kelas/kelompok bidang, dari subyek umum menjadi subyek khusus, misalnya:
Kelas Utama : 200 - agama
Divisi pertama: 201- 209 --karya-karya agama secara umum meliputi filsafat, kamus, organisasi dan sejarah agama pada umumnya
Divisi kedua : 210-219 –agama lain
Divisi ketiga : 290 – 299 agama-agama lain selain Nasrani
Dari sepuluh seksi pada setiap divisi, seksi pertama, yakni 0 (nol) selalu disediakan untuk karya umum dalam suatu bidang, sedangkan untuk 1 –9 untuk hal-hal yang bersifat khusus.
Misalnya:
Divisi : 380 - perdagangan
Seksi pertama : 381 - perdagangan dalam negeri
Seksi kedua : 382 - perdagangan internasional
E. Petunjuk Penggunaan DDC
Agar lebih cepat, tepat, dan benar dalam menentukan nomor klasifikasi, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami pola pembagian subyek
Didalam sistem ini, ilmu pengetahuan di bagi dari subyek besar menjadi subyek yang lebih kecil. Untuk itu perlu perlu dipahami adanya pembagian 10 kelas utama, 100 divisi dan 1000 subdivisi, serta cara penggunaan tabel-tabel pembantu.
2. Menentukan Subyek
Didalam menentukan subyek hendaknya diusahakan mencari nomor yang paling spesifik. Untuk menentukan subyek ini hendaknya dibaca dan dipahami informasi yang diperoleh dari:
a. Halaman judul
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
d. Pendahuluan (bila ada)
e. Dibaca tiap-tiap bab
f. Kesimpulan
3 Apabila dalam suatu buku terdapat dua subyek atau lebih, terlebih dahulu diklasifikasi pada kelas yang utama dibahas.
4 Apabila tidak ada subyek yang utama, koleksi itu diklasifikasi pada kelas yang paling bermanfaat bagi pengguna perpustakaan atau pada subyek yang disebut lebih dahulu.
5 Mengklasifikasi menurut subyeknya dahulu, lalu menurut bentuk penyajiannya.
III. Penutup
Untuk menunjang kegiatan klasifikasi bahan pustaka, diperlukan petugas perpustakaan (pustakawan) yang memiliki kompetensi dalam bidang klasifikasi bahan pustaka sehingga hasil klasifikasi dapat dipertanggungjawabkan. Penguasaan terhadap analisis subyek dan skema klasisikasi serta ketaat-asasan merupakan tuntutan yang harus dimiliki seorang klasifier. Untuk dapat menunjang kegiatan tersebut, klasifier perlu diperlengkapi dengan buku klasifikasi DDC, alat bantu klasifikasi berupa kamus , ensiklopedi dan tajuk subyek.
DAFTAR PUSTAKA
Zen, Zulfikar. 1989. Buku Kerja Dewey Decimal Classification. Edisi ke-19. Jakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan. Fakultas Sastra. Universitas Indonesia.
Irene-Adhikesumah,1992. Klasifikasi Bahan Pustaka: buku penunjang perkuliahan.Surabaya: tidak diterbitkan
Homakonda, Towa P. dan J.N.B. Tairas, 1991. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Madyana, Engking dan Royani. 1987. Klasifikasi : Pengantar Teoritis dan Praktis Organisasi Pustaka. Jakarta : P2LPTK. Dirjen Dilti. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Somadikarta, Lily K. 1987. Dasar-dasar Analisis Subyek untuk Pengindeksan Subyek Dokumen (disadur dari A.G. Brown. 1976. An Introduction to Subject Indexing: a programmed text. Vol. 1: sections 1 & 2). Jakarta: FSUI. Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Klasifikasi bahan Pustaka
Makalah dipresentasikan pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar Bagi Guru Pustakawan Melalui Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah
di SDN Tunjung Sekar V Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Tanggal 20, 27 Februari 2010.
Oleh:
Listariono
UPT PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2010